(Andi M Zulkarnain – Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu PDIP Luwu Timur)
Kalau “gempar’ bukan kata yang tepat, mungkin “heboh” lebih pas untuk menggambarkan suasana Pilkada serentak tahun 2024 khususnya di Kabupaten Luwu Timur pada awal bulan Agustus ini gegara Partai Gerindra besutan Prabowo Subianto yang terpilih sebagai presiden pada pilpres 2024 mengeluarkan surat yang sangat berharga bagi kandidat calon kepala daerah peserta kontestasi pilkada tahun ini.
Sebelumnya ada kandidat sudah memproklamirkan diri bahkan “memastikan diri” sebagai pihak yang akan diberikan surat tersebut. Foto-foto kandidat bersama pimpinan Partai Gerindra sudah beredar di media sosial dan tayang hampir satu bulan atau dua bulan lamanya, sebagai tanda kehebatan mereka dalam upaya menggondol dukungan partai ini. Itu hal yang wajar karena Partai Gerindra pasca menangnya Prabowo dalam pilpres 2024 diibaratkan sebagai emas permata yang sangat berharga sekali. Semua pasti berhitung bila Partai Gerindra telah memihak, Prabowo dan segala organ pemenangannya pada pilpres akan satu garis komando untuk mendukung kandidat calon kepala daerah yang menjadi usungannya. Semua tahu bagaimana karakter dan kekuatan yang dimiliki Partai Gerindra dan Prabowo Subianto.
Saya adalah salah satu pengurus partai di Kabupaten Luwu Timur yang mengusung calon Kepala Daerah Drs. H. Budiman, M.Pd dan Muhammad Akbar Andi Leluasa, S.Sos, kandidat yang menerima surat sakti dari Partai Gerindra. Saya membuat tulisan ini karena beberapa teman bertanya seberapa besar manfaat dari rekomendasi dan dukungan Partai Gerindra pada pilkada 2024. Bagi saya pertanyaan ini ibarat pepatah kura-kura di atas perahu, pura pura tidah tahu padahal tahu. Walaupun begitu, saya tentunya tidak bisa menjawab dengan gegabah atau subjektif karena pada kenyataannya semua kandidat menginginkan hal tersebut.
Beberapa media nasional menjelaskan tentang Prabowo Effect pada pilkada serentak tahun 2024 di beberapa daerah, bukan hanya Luwu Timur. Media *tirto.id* mengulas tentang pendapat analis politik Analis politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin yang mengakui bahwa Prabowo punya pengaruh politik terhadap konstestasi Pilkada 2024. Hal ini tidak lepas dari status Prabowo yang akan menjadi Presiden menjelang pilkada. Secara waktu, permasalahan pilkada akan langsung menjadi pekerjaan berat bagi Prabowo. Pilkada akan digelar pada 27 November, tidak lama setelah Prabowo dilantik pada 20 Oktober 2024. Ia hanya punya waktu kurang dari sebulan untuk memastikan pilkada berjalan lancar. Menurut Ujang, kekuasaan dapat memengaruhi proses pelaksanaan pemilu, apalagi kekuasaan setingkat presiden. Presiden memiliki infrastruktur dan sumber daya untuk memenangkan kandidat yang didukung bahkan walau waktunya pendek. Ia juga yakin Partai Gerindra berhitung soal Prabowo Effect dalam bersikap di sejumlah pilkada. Oleh karena itu, Partai Gerindra yakin mengusung kandidat di beberapa daerah meski tidak satu jalan dengan partai-partai lain di Koalisi Indonesia Maju.
Dari media *alinea.id*, analis politik dari Universitas Indonesia (UI) Cecep Hidayat bahkan membandingkan Jokowi Effect dan Prabowo Effect pada pilkada tahun 2024. Cecep Hidayat menilai pengaruh Prabowo akan lebih nyata di pentas Pilkada 2024. Pasalnya, saat pilkada serentak digelar pada November 2024, Jokowi sudah tak lagi menjabat sebagai presiden. “Ketika Prabowo berkuasa, dia akan memiliki akses langsung terhadap sumber daya kekuasan dan juga pengaruh politik terhadap sekitarnya. Ini memberi keuntungan bagi kandidat yang dia dukung saat Pilkada 2024,” ucap Cecep kepada *Alinea.id*. Meski begitu, menurut Cecep, efek Jokowi juga bakal tetap diperhitungkan para kandidat di pilkada. Meski tak lagi menjabat sebagai presiden saat pilkada serentak digelar, Jokowi juga punya warisan kinerja yang bisa “dieksploitasi” kandidat dan jaringan relawan yang bisa diarahkan untuk memobilisasi dukungan.
Senada dengan pendapat kedua analis politik dari perguruan tinggi tersebut, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno dalam *news.detik.com* menjelaskan tentang Prabowo Effect. Bahwa sebelum Pilkada 2024 berlangsung, kursi kepresidenan nanti bakal sudah resmi diduduki oleh Prabowo Subianto. Pelantikan presiden terpilih akan berlangsung Oktober sedangkan pilkada akan berlangsung pada November. Adi menganalisa, hal ini dapat membuat preferensi politik pemilih bisa berubah total. Figur sentral nantinya bukan lagi Jokowi melainkan Prabowo. “Per Tanggal 20 Oktober suksesi kepemimpinan berubah. Prabowo yang dilantik jadi presiden. Sementara tanggal pencoblosan pilkada serentak itu 27 November. Itu artinya, sebulan jelang pilkada preferensi politik pemilih bisa berubah total dan yang jadi figur sentral adalah Prabowo Subianto di pilkada,” kata Adi. Menurutnya, pemilih nantinya akan condong pada calon yang terasosiasi oleh Prabowo. Sehingga menurut Adi, Prabowo effect justru yang akan lebih dominan. “Bisa dibuktikan, seminggu atau dua minggu setelah Prabowo dilantik, saya meyakini pemilih akan condong akan memilih calon yang terasosiasi atau didukung ke Prabowo. Jadi, saat pencoblosan pilkada justeru Prabowo effect yang lebih dominan,” tuturnya.
Semakin banyak media yang dibaca tentang pengaruh Prabowo dan tentunya Partai Gerindra pada pilkada 2024, semua pendapat pengamat dan ahli politik sama yaitu berpengaruh positif dan sangat signifikan kepada kandidat yang diusung Partai Gerindra dan Prabowo. Lalu bagaimana apabila ada pihak yang menyatakan partai-partai tidak punya pengaruh pada pilkada 2024 nanti?. Saya yang masih waras dan logis sebagai pengurus partai, kali ini hanya bisa bilang terima kasih Partai Gerindra, Pak Prabowo, Partai PDIP, Partai Golkar dan semua partai politik lainnya. Selebihnya, silahkan masyarakat Luwu Timur untuk menilainya.